Rupiah Tertekan Dolar, Terdepresiasi ke Rp 16.285 per USD
Jakarta – Rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (11/6/2024), melanjutkan tren pelemahan yang dimulai sejak Senin. Berdasarkan data Refinitiv, mata uang Garuda ditutup pada Rp 16.285 per USD, melemah 0,06% dari posisi sebelumnya.
Pelemahan rupiah ini diwarnai dengan penguatan intraday dolar yang sempat menyentuh level Rp 16.300 per USD.
Tekanan dolar terhadap rupiah masih membayangi. Pada dini hari pukul 02.40 WIB, indeks dolar AS masih menguat 0,05% ke posisi 105,19. Penguatan DXY ini dipengaruhi oleh kehati-hatian pasar menjelang rilis data inflasi AS dan pengumuman hasil rapat The Federal Reserve (The Fed).
Pelaku pasar masih menduga-duga kebijakan moneter The Fed yang diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan pada kisaran 5,25%-5,50%. Penurunan suku bunga pertama kali diperkirakan baru akan terjadi pada September mendatang.
Presiden Joko Widodo menilai nilai tukar rupiah yang berada di kisaran Rp 16.200-16.300 per USD masih dalam posisi yang baik. Ia menegaskan bahwa semua negara juga mengalami tekanan terhadap mata uang mereka akibat penguatan dolar AS.
Analisis Teknikal Rupiah
Tren pergerakan rupiah menunjukkan pelemahan berkelanjutan. Jika pelemahan ini berlanjut, level psikologis Rp 16.300 per USD berpotensi ditembus kembali.
Sementara itu, support terdekat berada di Rp 16.260 per USD, yang bertepatan dengan garis Moving Average (MA) 50 jam.