Tingkat Kredit Bermasalah Multifinance Turun pada Maret 2024
Industri multifinance di Indonesia menunjukkan perbaikan dalam tingkat kredit bermasalah (Non Performing Financing/NPF) pada Maret 2024. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), NPF gross perusahaan pembiayaan turun menjadi 2,45%, menurun 0,1% dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 2,55%.
Salah satu perusahaan multifinance yang mengalami penurunan NPF adalah BRI Finance. Direktur Manajemen Risiko BRI Finance, Ari Prayuwana, mengungkapkan bahwa NPF perusahaan pada Maret 2024 sebesar 1,66%, turun 0,12% dari bulan sebelumnya yang mencapai 1,79%.
Menurut Ari, penurunan NPF ini merupakan hasil dari strategi perusahaan dalam menekan angka kredit bermasalah. Salah satu langkah yang dilakukan adalah penyaluran pembiayaan secara selektif dengan prinsip kehati-hatian serta penguatan AR Management atau Collection.
Meski mengalami penurunan pada Maret 2024, NPF BRI Finance sedikit meningkat pada April 2024 menjadi 1,68%. Ari menjelaskan bahwa kenaikan ini disebabkan oleh penurunan daya beli masyarakat setelah momen Lebaran dan keterlambatan pembayaran kewajiban oleh debitur.
Untuk menjaga rasio NPF di bawah 2% hingga akhir tahun, BRI Finance akan melakukan ekspansi bisnis selektif, memperkuat risk technology dan culture, serta meningkatkan monitoring dan tindakan untuk menjaga kualitas pembiayaan.
Selain BRI Finance, CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) juga melaporkan penurunan NPF menjadi 1,08% pada Maret 2024. Presiden Direktur CNAF, Ristiawan Suherman, mengatakan bahwa angka tersebut stabil jika dibandingkan dengan NPF bulan sebelumnya yang mencapai 1,09%.
Ristiawan menambahkan bahwa dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, NPF CNAF mengalami perbaikan sebesar 54 basis poin, di mana pada Maret 2023 NPF tercatat sebesar 1,62%. Momentum Ramadan disebutnya menjadi salah satu pendorong peningkatan piutang pembiayaan.
Namun, NPF CNAF mengalami sedikit kenaikan pada April 2024 menjadi 1,22%. Ristiawan menjelaskan bahwa hal tersebut merupakan dampak musiman setelah libur panjang Idulfitri, di mana konsumsi masyarakat meningkat.
Untuk mempertahankan kesehatan portofolio, CNAF akan melakukan pemutakhiran sistem scoring dalam menentukan kualitas nasabah.
Sementara itu, PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk (WOM Finance) mempertahankan NPF gross yang stabil pada Maret 2024, yaitu sebesar 2,1%. Direktur Keuangan WOM Finance, Cincin Lisa, mengatakan bahwa perusahaan berfokus pada penanganan early overdue dan melakukan pelatihan kepada tenaga penagih untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI), Suwandi Wiratno, memproyeksikan bahwa NPF gross industri kemungkinan akan meningkat pada April 2024 karena keterlambatan pembayaran setelah momen Lebaran. Namun, kenaikan tersebut diperkirakan tidak akan berbeda jauh dari posisi Maret 2024.