Harapan APTI Temanggung: Lindungi Mutiara Hijau dari Ancaman Dana Asing

Perlindungan Komoditas Tembakau: Harapan Petani Temanggung kepada Pemerintah

Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Temanggung mendesak pemerintah untuk melindungi komoditas tembakau sebagai pilar perekonomian masyarakat. Ketua APTI Temanggung, Siyamin, menekankan pentingnya tembakau bagi Kabupaten Temanggung, yang menjadi sumber penghidupan utama bagi petani setempat.

Dengan luas tanam tembakau mencapai sekitar 9.000 hektare hingga Mei 2024, petani berharap pemerintah menjamin keberlangsungan komoditas tersebut. Siyamin menyatakan, “Pemerintah harus memberikan perlindungan terhadap tanaman tembakau, petani, dan tata niaganya. Kontribusi tembakau bagi Jawa Tengah dan nasional sangat signifikan, menyumbang penerimaan negara melalui cukai hasil tembakau (CHT) sebesar Rp213,48 triliun.”

Petani tembakau menghadapi sejumlah tantangan, salah satunya Rancangan Peraturan Kesehatan (RPP Kesehatan) yang memuat kebijakan pengetatan produk tembakau. Menurut Siyamin, kebijakan ini mempersempit ruang gerak petani dan berdampak pada penyerapan bahan baku.

“Petani tembakau terhimpit oleh berbagai peraturan, termasuk RPP Kesehatan. Kami meminta pemerintah melibatkan petani dalam penyusunan peraturan yang berdampak pada mata pencaharian kami,” ujar Siyamin.

Selain itu, APTI juga menyoroti distribusi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) yang belum memberikan manfaat langsung kepada petani tembakau. Siyamin mengatakan, “Alokasi pemanfaatan DBHCHT seharusnya tepat sasaran dan diprioritaskan untuk kebutuhan petani tembakau, seperti bantuan alat, pupuk, dan peningkatan produktivitas.”

Tembakau memiliki sejarah dan budaya yang kuat di Temanggung. Kabupaten ini memiliki iklim yang sesuai untuk budidaya tembakau, sehingga menjadi warisan yang memberikan manfaat ekonomi yang besar.

“Tembakau telah menjadi bagian dari keseharian masyarakat Temanggung. Keberlangsungannya harus dilindungi agar petani dapat terus mendapatkan keuntungan dari komoditas ini,” pungkas Siyamin.

Produksi tembakau di Temanggung dimulai pada Maret hingga September, meliputi proses penanaman benih hingga pasca panen. Menanam tembakau juga menjadi cara petani meningkatkan produktivitas dengan sistem tumpang sari bersama tanaman lain seperti cabai dan sayuran.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *