Perusahaan Multifinance Pertahankan Kantor Cabang di Tengah Era Digitalisasi
Sejumlah perusahaan multifinance di Indonesia masih meyakini peran penting kantor cabang fisik meskipun terjadi gempuran digitalisasi. Hal ini dilatarbelakangi oleh kebutuhan untuk mengoptimalkan pelayanan.
PT BNI Multifinance (BNIF) berencana menambah dua jaringan kantor fisik di tahun ini. Direktur Bisnis BNI Finance Albertus Henditrianto menjelaskan bahwa model bisnis perusahaan berhubungan erat dengan dealer mobil, sehingga kehadiran fisik diperlukan. BNIF mengalokasikan anggaran Rp 800 juta untuk setiap kantor cabang yang baru.
Serupa dengan BNIF, PT Mandiri Utama Finance (MUF) juga berencana membuka 11 kantor cabang baru sepanjang tahun 2024. Direktur Utama MUF Stanley Setia Atmadja menyatakan bahwa aktivitas fisik masih krusial meski digitalisasi gencar dilakukan. Sampai Mei 2024, MUF telah memiliki 162 kantor cabang dengan belanja modal untuk pembukaan cabang baru di periode Januari-Maret 2024 mencapai lebih dari Rp 10 miliar.
Berbeda dengan BNIF dan MUF, anak usaha Bank CIMB Niaga, yaitu CIMB Niaga Auto Finance (CNAF), tidak berencana menambah kantor cabang baru. CNAF memilih mengoptimalkan kantor cabang yang sudah ada dan memanfaatkan jaringan Bank CIMB Niaga sebagai titik kontak pelanggan.
Di sisi lain, PT BFI Finance Indonesia Tbk tidak berencana membuka kantor cabang baru. Perusahaan akan fokus pada pengembangan digitalisasi untuk memberikan solusi yang berpusat pada pelanggan. BFI Finance saat ini memiliki total 270 kantor cabang dan gerai yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia.
Perkembangan ini menunjukkan bahwa perusahaan multifinance masih melihat nilai strategis dari kantor cabang fisik untuk memberikan pengalaman layanan yang optimal kepada pelanggan. Meskipun digitalisasi terus berkembang, kehadiran fisik diyakini masih menjadi penunjang penting dalam industri pembiayaan.